Iseng disela2 ber”Cinema14″-ria & “LC” di kantor, gak afdol rasanya kalo line internetnya dibiarin nganggur nggak download apa2. Dipilih deh situs donlotan muvi paling kondang plus rame bgt traffic-nya : Youtube. Setelah login, iseng2 pengen tak coba ngisiin keyword “medical record”. Ding, seabrek video ttg medical record muncul di layar. Biar varian videonya makin dikit, keywordnya tak tambahin pake “electronic medical record”, nah tersortir-lah video2 deskriptif khusus ttg rekam medis elektronik/electronic health record (EHR). Njuk tak donlod siji2 nggo Free Studio 2.2 ya semacam DAP gitu. Proses donlod berjalan cukup lama, maklum bandwidth kampus cekak. Setelah ndonlod sekitar 4 video, langsung tak simpen di flesdis, ga pake acara diliat previewnya dulu, coz nyang jaga klinik dah pada mo pulang, maka dengan sangat terpaksa kuhentikan proses donlot video ke-5.
Sesampai di kos, tak buka’i siji2. Ternyata metode pencatatan data pasien secara elektronik (baca:EHR ) skarang udah berkembang cukup pesat. Dari yang cuman “Conventionally Written”, alias ditulis pake kibord, jadi Spoken, alias command-nya pake suara, trus di translate ke tulisan. Memang, dictation software udah lama dikembangkan, bahkan oleh Microsoft Corp walaupun pada awalnya hanya sebatas opsi untuk accessibility device. Berdasarkan literatur di Encarta 2009, ada 3 tipe level pengenalan suara / Speech Recognition yang cukup reliable untuk diaplikasikan. Ketiga tipe itu dibedakan berdasarkan coverage suara yang dapat diterjemahkan oleh komputer.
Salah satu sofwer dictation yg pernah tak pake adalah Dragon Naturally Speaking (DNS), yang merupakan bundel program dari CD sofwer “Private Assistant : Marnee”. Hampir sama dengan SR, di DNS juga ada “Training Profile”nya, so kt kudu rajin2 training biar sofwernya makin kenal sama suara kita.
OK, back 2 d’ EHR, yg jelas, dengan EHR yg dikembangkan menggunakan teknologi SR, Health provider gak perlu repot2 meluangkan waktunya u/ nulis diagnosis & terapi di paper or komputer, sehingga pemberian terapi bisa lebih optimal. Kalaupun ada acara editing pake kibord, itu hanya spelling, atau kesalahan translate semata (dengan catatan voice database-nya udah lengkap, alias udah gak perlu “Training Profile” lagi). Dari hasil analisis ke-soktau-an-ku, kira2 media perekam data dari masa ke masa adalah sbb :
- Papyrus => dipake o/ Imhotep, pada masa 3000-2500 SM
- Full Paper => masih dipake oleh kebanyakan Puskesmas & Rumah Sakit di Indonesia
- Semi Paper-Computer => masih jarang dipake di Indonesia, hanya beberapa Rumah Sakit besar yg punya budget cukup u/ mbangun CIS. Di jogja udah lumayan banyak yg make.
- Paperless w/ Conventionally Written : Using Keyboard => Setauku baru satu, yaitu salah satu Medical Center di jogja.
- Paperless w/ Speech Recognition : No Keyboard, Just Talk => udah dipake di beberapa di klinik dokter spesialis di Hawai, USA
So, Secara garis besar, metode SR udah beberapa langkah melampaui metode yang kita gunakan sekarang. Nah, ibarat tangga, kita harus melewati tangga terbawah terlebih dahulu untuk mencapai tingkat yg lebih tinggi, alias kalo kita mo sampe ke step 5 ntu tadi (Paperless w/ Speech Recognition), ya mau gak mau kita kudu nglewatin step 2, 3, & 4. Kecuali kita mau ambil risiko jatuh di tengah jalan akibat “nglancaki” step sistem yang belum pernah kita anut. Tapi tidak menutup kemungkinan juga bagi institusi kesehatan yang baru berdiri untuk langsung mengaplikasikan sistem Paperless w/ Speech Recognition, toh barusan kan UU ITE udah disahkan, dan ini berarti lampu hijau bagi para praktisi kesehatan (terutama bagian teknologi informasi) untuk mengembangkan Sistem Speech Recognition dengan lebih leluasa.
1 komentar:
medical record itu jalannya pelayanan kesehatan disuatu instasi rumah sakit, atau pelayanan lain kedokteran,
sehingga rm itu sangat penting sebagai bahan dasar pelayan supaya berjalan sesuai dengan pronologis pasien.
Posting Komentar